“ It takes a village to raise a child” adalah sebuah peribahasa dari Afrika, yang secara sederhana bisa dipahami bahwa, dibutuhkan sebuah komunitas atau lingkungan yang mendukung dan sehat untuk membesarkan seorang anak.
Merujuk pada pemahaman yang disampaikan oleh wikipedia, desa adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa. Sebuah desa merupakan kumpulan dari beberapa unit permukiman kecil.
Sedangkan menurut R. Bintarto, seorang ahli geografi, desa adalah perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomis politik, kultural setempat dalam hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain. Dalam pemahaman yang lebih spesifik, pengaruh hubungan sosial dan kultural yang saling timbal balik, maka desa memiliki peran besar dalam mempengaruhi karakter dan cara hidup seseorang, baik keluarga, maupun individu.
Lahir dan tumbuh di desa, menjadikan Agradaya dapat dikatakan sebagai “anak desa”. Bermula dari Andhika Mahardika, bapak dari “Agradaya” yang lahir dan besar di desa, melanjutkan sekolah dan pernah berkarir di kota, memiliki misi hidup untuk kembali pulang dan hidup di desa. Kecintaannya pada Indonesia, dunia pertanian, bisnis, dan produk lokal membuat langkahnya untuk hidup di desa semakin yakin dan mantap. Bersama Asri Saraswati, Ibu dari “Agradaya” yang justru lahir, besar, dan menghabiskan sebagian besar hidupnya di kota, membuatnya jengah sampai akhirnya memutuskan untuk pindah dan hidup di desa. Berbekal rasa ingin tahu yang tinggi, hobi memasak, bercocok tanam, dan mengolah berbagai bahan makanan lokal , pasangan ini kemudian “melahirkan” putera pertama mereka yaitu “Agradaya”. Agradaya sendiri adalah sebuah doa untuk pertanian yang lebih berdaya.
Tahun 2017, Agradaya mendapat tambahan anggota keluarga baru, Bagas, seorang putra dari ibu dan bapak “Agradaya”. Dalam memulai perjalanan sebagai sebuah keluarga dengan seorang bayi kecil, Asri sangat banyak belajar dan mendapat inspirasi dari kehidupan di desa yang ia jalani. Mulai dari dukungan orang-orang sekitar yang lebih banyak bertemu dengan para ibu-ibu desa, alam serta lingkungan desa yang lebih adem, kualitas udara bersih, banyaknya persawahan, pepohonan, dan hubungaan sosial masyarakat yang sering berkumpul dan bertemu sekadar untuk bertegur sapa.
Keluarga kecil “Agradaya” tumbuh dengan banyak menyerap pemahaman dan prinsip hidup desa yang cukup, sederhana, dan saling gotong royong. Pemanfaatan tanaman serta tumbuhan sekitar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari juga menjadi semangat hidup yang diterapkan oleh Agradaya.
Dusun Planden, Desa Sendangrejo, Sleman-Yogyakarta menjadi sebuah tempat dan rumah tumbuh yang dipilih oleh Asri dan Dhika untuk membesarkan dua putera mereka, yakni “Agradaya” dan Bagas.